Asslamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh!
Bismillahirrohmanirrohim alhamdulillahi raobbil alamin wassholatu
wasslamu ala sayyidil mursalin waala alihi washohbihi ajmain. Amma
ba’du.
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
.بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على سيد المرسلين وعلى اله وصحبه اجمعين، اما بعد
Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur ke hadirat
Allah subhanahu wataala. Karena berkat rahmatNya-lah kita bisa berkumpul
dalam tempat yang penuh dengan barokah ini. Betul?
Kedua kalinya, sholawat dan salam marilah kita haturkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam. Karena berkat
Rasulullah, kita bisa menikmati iman dan islam. Alhamdulillah!
Allahumma sholli ala Muhammad!
Santriwan dan santriwati, serta hadirin Rahimkumullah.
Sekarang sudah zaman akhir bukan zaman now lagi. Nah di zaman akhir
ini tidak sedikit pemuda-pemudi khususnya kaum santri dan santriwati
lebih khusus lagi santri yang mempopulerkan dirinya dengan sebutan
SANTRI ZAMAN NOW yang tidak memiliki “Akhlaqul Karimah” yakni prilaku
terpuji.
Santri zaman sekarang sudah lumrah berani kepada ustaz dan kedua
orang tuanya, kurang memuliakan kitabnya, sudah tidak peduli dengan
bacaan qurannya. Mereka mulai terbuai oleh permainan medsos seperti
Whatsapp, Facebook, dan Twitter.
Sehingga karena realitas inilah banyak santri yang kurang berkah
ilmunya, tidak bahagia hidupnya hingga rasa putus asa pun
menghampirinya. Padahal seandainya santri mau mengikuti wejangan kitab
Taklim Mutaallim yang sudah lumrah diajarkan di pesantren mana pun pada
saat awal masuk pesantren, niscaya santri zaman sekarang akan mendapati
ilmu yang berkah, hidupnya bahagia dan tidak mudah putus asa.
Mengapa demikian?
Hadirin teman-temanku sekalian serta hadirin rahimakumullah
Dalam kitab karangan Syeikh Zarnuji itu disebutkan bahwa syarat orang mencari ilmu itu ada enam (6) perkara.
Pertama adalah “Cerdas (zakaa’in)”, sebagai salah satu syarat pelajar
adalah harus cerdas. Dalam hal ini santri now masih memenuhi syarat.
Karena jika tidak, berarti santri itu akal pikirannya di bawah normal
alias gila (majnun), sehingga tidak layak menjadi santri.
Kedua yaitu “Tidak gampang puas (hirshin)”, seorang pencari ilmu
tidak boleh gampang puas dengan apa yang sudah diperoleh. Karena dengan
begitu ia akan terus belajar dan mutholaah. Santri yang mudah puas,
hasilnya akan biasa-biasa saja. Namun bagi mereka yang kehausan ilmu
akan jadi generasi santri yang benar-benar milenial.
Hadirin rahimakumullah
Selanjutnya yang ketiga adalah “Sabar (ishthibaarin)”, nah di poin
ini banyak santri zaman sekarang yang gagal. Tidak sedikit zaman
sekarang santri yang tidak bisa bersabar. Mereka inginnya cepat pulang.
Kalau ngaji ingin cepat pulang, ketika ro’an yang penting selesai, saat
antri makan ingin cepat dapat bagian, saat antri mandi bawaannya ingin
segera mandi.
Bukan hanya itu, saat mereka wiridan bakda sholat yang lima waktu
mereka terburu-buru sehingga cendrung tidak khusyuk. Padahal bacaan
sesudah sholat itu sangat-sangat penting terutama untuk melatih
kesabaran.
Sekali lagi santri zaman sekarang kurang bisa SABAR.
Syarat yang keempat yaitu “Punya bekal atau biaya (bulghatin)”,
rata-rata santri sekarang tidak ada yang tidak mampu. Para santri
biasanya dibekali dengan uang yang cukup, kebutuhan lainnya juga sudah
terpenuhi. Tidak ada santri kelaparan di zaman now.
Malah sebaliknya, santri zaman sekarang cenderung berlomba-lomba
dalam balapan makan. Kalau mereka dibesuk atau dikirim bapak ibunya
sering kali dibawakan makanan yang enak-enak, seperti sate, ayam
panggang dan makanan siapa saji. Maka tidak heran jika santri sekarang
itu rata-rata gemuk-gemuk.
Saat beru jadi santri ditimbang berat badannya masih kisaran 45 kg,
tapi berselang beberapa tahun kemudian ditimbang lagi bobotnya sudah
bertambah 2 kg rata-rata.
Para hadirin yang dimuliakan Allah
Syarat selanjutnya yakni yang kelima adalah “Mengikuti petunjuk ustaz
atau guru (irsyadi ustazin)”. Ini juga banyak santri yang tidak lolos
dari syarat ini. Banyak santri sekarang yang berani kepada gurunya tidak
mau diarahkan, dibimbing kurang menghiraukan. Ketika disuruh belajar
malah cerita-cerita kesana-kemari.
Disuruh tidur, mala begadang. Pada saat jam pelajaran tiba malah
tidur atau ngantuk. Sekali lagi, santri sekarang banyak yang kurang
memperhatikan arahan dari ustaz dan ustazah.
Yang terakhir adalah “Waktu yang panjang (thuuli zamani). Artinya
tidak cukup seorang santri itu hanya mondok satu bulan dua bulan, tapi
minimal 3 tahun sampai 6 tahun.
Kalua ada sekarang istilah pondok kilat atau nyantri sebentar itu
hanya sebagai hiburan saja. Karena ilmu yang diperoleh dalam waktu yang
singkat itu kurang sempurna alias hanya tahu atau paham luarnya saja.
Kesimpulan dari ceramah ini adalah:
Yang pertama santri kurang bisa sabar dalam menjalani proses demi proses saat mencari ilmu.
Kedua santri kurang memiliki rasa khormat kepada para ustaz dan ustazahnya.
Ketiga kurang belajar dengan sungguh-sungguh.
Sebab itulah penulis berharap kepada segenap santri yang hiudup di
zaman sekarang agar dapat menjalankan apa yang sudah diajarkan di kitab
taklim mutaallim itu. Karena dengan begitu, ilmu yang nantinya diperoleh
para santri akan lebih bermanfaat dan tentunya barokah.
Sekian tulisan ini mudah-mudahan bisa manfaat kepada para pembaca dimana pun berada.
Akhiron, manakala ada kata yang kurang tepat dan ketikan yang kurang
lengkap, kami sebagai manusia biasa mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Wallahul Muwafiq Ila Aqwaamitthoriq
Tsummassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Tambahkan Komentar